Cara Menghitung Resistor

Kamu mau tahu gimana cara menghitung nilai Resistor? Yuk langsung aja simak pembahasannya! (Source: cerdika.com)

Cara Kerja Kapasitor

Kamu penasaran dan pengin tahu gimana cara kerjanya Kapasitor? Makanya, yuk langsung aja simak pembahasannya! (Source: cerdika.com)

Multimeter

Multimeter adalah sebuah alat untuk mengukur suatu Arus listrik (Ampere), tegangan listrik (Voltage), hambatan listrik (Ohm). (Source: cerdika.com)

Osiloskop

Osiloskop yaitu alat ukur elektronika yang bisa memetakan atau memproyeksikan sinyal listrik dan frekuensi jadi gambar grafik. (Source: cerdika.com)

Function Generator

Kamu udah tahu belum, apa sih itu yang dimaksud dengan Function Generator atau Generator Fungsi? (Source: cerdika.com)

Jumat, 24 Juli 2020

PISAV Pertemuan 2 "Rangkaian Crossover"


4. Cara Kerja Rangkaian Crossover
    Pada dasarnya, loudspeaker terdiri atas tiga jenis berikut.
a. Speaker bass (speaker woofer) menggunakan frekuensi 200 Hz – 700 Hz.
b. Speaker middle (speaker mid-range) menggunakan frekuensi antara 700 Hz – 3 kHz.
c. Speaker treble (tweeter speaker) menggunakan frekuensi antara 3 kHz – 16 kHz.
 
    Cara kerja rangkaian crossover sangat sederhana. Rangkaian crossover bagian bass akan membuang nada middle dan treble sehingga yang tertinggal hanyalah nada bass saja. Nada bass inilah yang kemudian diteruskan ke speaker bass atau speaker woofer. Demikian pula untuk cara kerja rangkaian crossover bagian middle dan treble.
    Pada bagian middle, rangkaian crossover akan membuat nada bass dan nada treble sehingga hanya tertinggal nada middle saja. Nada middle inilah yang diteruskan ke speaker middle. Pada bagian treble, crossover akan membuang nada bass dan middle dan menyalurkan nada treble ke tweeter. Cara kerja rangkaian crossover intinya hanya meneruskan nada tertentu saja ke loudspeaker, sedangkan nada yang tidak dibutuhkan akan dibuang.
 
5. Skema Rangkaian Crossover
    Berikut ini skema rangkaian crossover aktif dan crossover pasif.
a. Rangkaian Crossover Aktif
    Rangkaian crossover aktif ini cocok digunakan untuk system audio Hi-Fi dengan menggunakan LM833 penguat operasional ganda. Crossover aktif ini membagi sinyal audio yang masuk kompleks menjadi dua band, frekuensi output rendah dan frekuensi output tinggi. Kedua band tersebut secara terpisah diperkuat oleh dua tahap power amplifier yang disetel untuk band frekuensi rendah dan yang lain disetel ke masing masing tahap frekuensi (bi-amping).
    Rangkaian crossover ini menggunakan semikonduktor nasional LM833. LM833 ialah sebuah penguat operasional ganda (op-amp) khusus yang dirancang untuk aplikasi audio. Rangkaian ini dapat dibagi menjadi dua bagian, bagian filter high pass dan bagian low pass filter. IC2b membentuk tatanan sirkuit butterworth pass filter rendah pertama dan output frekuensi rendah tersedia di pin output (PIN1). Output frekuensi tinggi tersedia di pin 8 dari IC1a. Rangkaian dapat diaktifkan menggunakan pasokan ganda +15/-15 V DC. R dan C dapat diubah untuk mendapatkan frekuensi crossover yang berbeda.
 
b. Rangkaian Crossover Pasif
    Rangkaian crossover sebenarnya hanya terdiri atas rangkaian penyaring frekuensi. Adapun komponen yang digunakan hanyalah lilitan dan kapasitor. Berikut skema rangkaian crossover pasif beserta komponen.
Gambar 1.7 Rangkaian crossover pasif
 

PRE Pertemuan 2 "FET dan MOSFET"


3. PERBEDAAN BJT dan FET
    Transistor jenis BJT (NPN dan PNP) dan UJT (FET dan MOSFET) memiliki cara kerja yang sama, namun dengan karakteristik yang berbeda. Berikut ini beberapa perbedaan antara Transistor BJT dan UJT (FET).
  1. Konversi: Transistor BJT mengkonversi arus menjadi arus, FET mengkonversi tegangan menjadi arus.
  2. Arus input: BJT membutuhkan arus input, FET tidak membutuhkan arus input.
  3. Input/output: Hubungan input/output BJT adalah linear direpresentasikan oleh sebuah garis lurus, namun hubungan input/output sebuah FET tidak linear untuk sinyal-sinyal besar (bertegangan tinggi). Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya distorsi pada sinyal-sinyal besar yang diumpankan ke sebuah FET.
  4. Kecepatan: FET dapat melaksanakan proses pensaklaran secara lebih cepat dibandingkan BJT, namun demikian kedua jenis transistor ini dirasa cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar aplikasi elektronik.
  5. Tegangan input: sebuah FET menjadi aktif ketika tegangan gate-sourcenya melampaui suatu tegangan ambang. Tegangan gate dapat memiliki nilai yang berada dalam kisaran antara tegangan ambang dan tegangan sumber, ketika FET dalam keadaan aktif. Tegangan basis-emitor BJT akan selalu mendekati nilai 0,7 V, ketika BJT dalam keadaan aktif, terlepas dari berapa besar arus inputnya.
  6. Resistor input: sebuah FET tidak membutuhkan sebuah resistor di depan terminal gatenya. Hal ini dapat menjadikan rangkaian yang bersangkutan jauh lebih sederhana.
  7. Tahanan output: kebanyakan FET memiliki tahanan yang sangat rendah ketika berada dalam keadaan aktif, biasanya kurang dari 1 Ohm. Hal ini membuat komponen-komponen ini sangat cocok untuk digunakan dalam rangkaian saklar transistor.
STRUKTUR FET
    Kalau diperhatikan dari struktur keluarga transistor. FET berbeda dengan transistor bipolar (BJT) karena bukan pertemuan dari 3 lapis seperti layaknya diode atau Bipolar junction Transistor, FET merupakan uni polar.
Gambar 4. a. Struktur FET             b. Juction FET

    Pada gambar 4.a menunjukkan struktur suatu FET saluran N. FET ini terdiri dari batang semi konduktor type N yang pada kedua sisinya diapit oleh bahan semi konduktor type P. FET memiliki 3 elektroda, yakni; Source (S), Gate (G), dan Drain (D). Antara (G) dan (S) dipasang tegangan UGG yang merupakan reverse bias bagi gate (G). Karena dioda antara (G) dan (S) mengalami reverse bias, maka timbullah Depletion Layer pada junction (Gambar 4.b), supaya terjadi aliran antara (S) dan (D), maka antara kedua elektroda ini dipasang sumber tegangan (UDD). Besar kecilnya arus yang mengalir tergantung dari lebarnya Depletion Layer tadi. Jika UGG besar, Depletion Layer akan menjadi sedemikian lebarnya sehingga hampir menutup saluran antara (D) dan (S). Karena pada Depletion Layer tidak ada pembawa muatan, berarti bahwa jumlah pembawa muatan pada saluran menjadi kecil. Jika UGG kecil, Depletion Layer cukup tipis dan saluran antara (S) dan (D) cukup lebar, dengan demikian arus yang mengalir cukup besar. Jadi tegangan gate menentukan besarnya arus yang mengalir antara (D - S). Karena G dalam kondisi reverse bias, arus (G) dianggap sama dengan nol.
    Terminal tempat pembawa muatan mayoritas masuk ke kanal untuk menyediakan arus melalui kanal. Drain  adalah terminal arus meninggalkan kanal. Gate adalah elektroda yang mengontrol konduktansi antara Source dan Drain. Sinyal input diberikan pada terminal Drain. Sedangkan substrate atau bulk umumnya dihubungkan dengan source. Material pada substrate biasanya netral atau di dope sedikit.
    Umumnya sinyal input diberikan pada terminal Gate. Dalam rangkaian input, terminal Gate dan kanal bertindak seolah-olah bagai kapasitor plat sejajar, dan konduktivitas kanal dapat diubah oleh tegangan Gate terhadap Source. Untuk kanal-n, tegangan positif pada Gate menginduksi muatan negatif pada kanal sehingga ada aliran elektron dari Source ke Drain.

4. SIFAT DASAR FET
   Untuk mengetahui sifat dasar FET dibutuhkan rangkaian penguji FET seperti yang ditunjukkan pada gambar 5, pada kaki gate di berikan tegangan yang dapat diatur tegangannya mulai 0 V sampai ke minus (- V/ bias negatif), sedangkan pada kaki D-S diberikan supply positif. Pada gambar 6 menunjukkan bahwa makin negatif tegangan Gate-Source UGS, maka makin kecil pula arus Drain ID. Pada kondisi normal JFET selalu bekerja pada bagian karakteristik linier datar, atau dengan kata lain JFET dioperasikan pada tegangan Drain yang lebih besar dari tegangan knee K., tetapi lebih kecil dari tegangan breakdown-nya.
Gambar 5. Rangkaian pengukuran kurva JFET
 
Gambar 6. Kurva Karakteristik JFET
 
    Lihat  Gambar  6,  UDS  harus  dibuat  lebih  besar  dari  4  Volt tetapi lebih kecil dari 30 V. Dengan demikian UGS  harus letakkan antara (  0  s/d  4V  ). Tegangan  knee  untuk  lengkung karakteristik yang paling  atas  disebut  pinch  off  voltage  (Up), jadi  bila  pada lembar data tertulis Up=4  Volt, JFET tersebut harus dioperasikan dengan  tegangan  UDS  yang  lebih  besar  dari  4  Volt. 
    Dari  gambar kurva, dapat kita lihat bahwa pada tegangan UGS=  -4 V arus drain hampir = 0. Nilai UGS  yang menyebabkan ID  = 0 ini disebut Gate Source Cut Off Voltage (UGS = Off). Up  dan UGS  (off) memiliki hubungan  penting  yaitu  nilai  mutlak  Up  =  nilai  mutlak  UGS  (off) hanya tandanya yang berbeda; Up  = 4 V UGS off = -4 V. 
    Hal ini berlaku untuk semua JFET dan harus diingat bahwa pada  lembaran  data  JFET hanya  akan disebutkan  nilai  (UGS  off) saja.  Lengkung  karakteristik  yang  paling  atas  dibuat  dengan tegangan gate = 0, keadaan sama dengan keadaan dimana gate dihubung  singkat  dengan  source.  Arus drain  hampir datar  dan dianggap  sama,  walau  tegangan  drain  diubah-ubah  dan  pada lembar  data arus  ini disebut  IDSS.  Pada  gambar  kurva  tampak bahwa jarak antara garis-garis mendatar itu tidak sama meskipun selisih UGS untuk tiap-tiap garis tetap 1 Volt.

Senin, 20 Juli 2020

Tugas PISAV Kelas 12



TUGAS SEMESTER GANJIL

Tugas 1 (21-07-2020)
Buka link berikut dan ikuti instruksi yang diberikan | Klik disini

Tugas 2 (04-08-2020)
Buka link berikut dan ikuti instruksi yang diberikan | Klik disini

Tugas 3 (18-08-2020)
Buka link berikut dan ikuti instruksi yang diberikan | Klik disini

Tugas 4 (15-09-2020)
Buka link berikut dan ikuti instruksi yang diberikan | Klik disini

Tugas 5 (20-10-2020)
Buka link berikut dan ikuti instruksi yang diberikan | Klik disini


TUGAS SEMESTER GENAP

Tugas 1 (19-01-2021)
Buka link berikut dan ikuti instruksi yang diberikan | Klik disini

Tugas 2 (02-02-2021)
Buka link berikut dan ikuti instruksi yang diberikan | Klik disini

Tugas PRE Kelas 11



TUGAS SEMESTER GANJIL

Tugas 1 (21-07-2020)
Buka link berikut dan ikuti instruksi yang diberikan | Klik disini

Tugas 2 (04-08-2020)
Buka link berikut dan ikuti instruksi yang diberikan | Klik disini

Tugas 3 (18-08-2020)
Buka link berikut dan ikuti instruksi yang diberikan | Klik disini

Tugas 4 (15-09-2020)
Buka link berikut dan ikuti instruksi yang diberikan | Klik disini

Tugas 5 (13-10-2020)
Buka link berikut dan ikuti instruksi yang diberikan | Klik disini

TUGAS SEMESTER GENAP

Tugas 1 (16-02-2021)
Buka link berikut dan ikuti instruksi yang diberikan | Klik disini

Minggu, 19 Juli 2020

Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Teknik Audio Video Edisi 2018


Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) berbasis kompetensi merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media transformasi pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada peserta pelatihan untuk mencapai kompetensi tertentu berdasarkan program pelatihan yang mengacu kepada Standar Kompetensi.
15 buku modul berikut untuk mengajarkan audio video yang dikeluarkan oleh PPPPTK Malang. Modul materi audio video kali ini tidak mengklasifikasikan kelas 10, 11 atau 12 tetapi berdasarkan klaster pengetahuan.

  1. ELM.UM01.005.01 Memelihara Kebersihan Tempat Kerja
  2. ELM.UM01.008.01 Melakukan Dokumentasi Hasil Kerja
  3. ELM.UM01.009.01 Membaca Gambar/Skematik Diagram Elektronika
  4. ELM.UM01.010.01 Menggunakan Besaran Unit
  5. ELM.UM01.011.01 Membaca dan Mengidentifikasi Komponen Elektronika (Pasif)
  6. ELM.UM01.012.01 Membaca dan Mengidentifikasi Komponen Elektronika (Aktif)
  7. ELM.UM02.013.01 Meng-assembly Komponen Elektronika pada PCB secara Manual
  8. ELM.UM02.014.01 Menyolder Komponen Elektronik pada PCB secara Manual
  9. ELM.UM02.061.01 Melakukan Pengukuran Standar Elektrik Produk Audio Amplifier
  10. ELM.UM04.003.01 Merancang dan Membuat Single/Double Layer PCB (Printed Circuit Board) secara Manual dengan Metode Iron Transfer Artwork
  11. IJE.PM01.007.01 Menggunakan Alat Uji dan Ukur
  12. IJE.PM01.010.01 Melacak Kerusakan pada Produk Elektronika
  13. IJE.PM02.001.01 Memperbaiki Perangkat Audio Video
  14. UEENEEH110A Install Commercial Video/Audio System Components (Instalasi Komersial Komponen Audio Video)
  15. UEENEEH145A Develop Enginering Solution To Analogue Electronic Problem (Mengembangkan Solusi Enginering untuk Masalah Elektronik Analog)

Kamis, 09 Juli 2020

PISAV Pertemuan 1 "Rangkaian Crossover"

Gambar 1.1 Crossover

A.       MENGENAL CROSSOVER

    Pada dasarnya, sebuah crossover dapat membagi sinyal masukan menjadi dua ataupun lebih output dari berbagai rentang frekuensi yang berbeda sehingga tweeter, speaker, dan subs akan mendapatkan sesuai rentang frekuensi yang dirancangkan. Frekuensi di luar setiap rentang yang ditunjuk akan dilemahkan ataupun diblokir. Pada bab berikut ini akan dibahas tentang prinsip kerja rangkaian crossover.
 
1.    Definisi Crossover
    Crossover  adalah alat untuk filter atau membagi frekuensi. Tujuan utama pemakaian pemakaian crossover agar frekuensi yang masuk ke speaker dapat sesuai dengan spesifikasi speaker yang terinstalasi. Contohnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
 
Gambar 1.2 Contoh pemakaian crossover

    Sebagai contoh, sebuah speaker midrange/midbass dengan spesifikasi 40 Hz-5000 Hz berarti speaker ini tidak diperbolehkan kemasukan frekuensi 40 Hz ke bawah (35-30-25 Hz dan seterusnya) dan juga tidak boleh kemasukan frekuensi tinggi diatas 5000 Hz (6000-7000-8000 Hz dan seterusnya). Alasannya, speaker dengan spesifikasi di atas hanya dapat bekerja optimal pada rentang frekuensi antara 40 Hz sampai dengan 5000 Hz. Sebuah crossover dapat diaplikasikan dalam sistem aktif dan pasif. Dalam sistem aktif berarti pembagian frekuensinya atau pengaturan LPF (Low Pass Filter) dan HPF (High Pass Filter) di-setting sebelum masuk ke power amplifier, sedangkan dalam sistem pasif pengaturan LPF (Low Pass Filter) dan HPF (High Pass Filter) diaplikasikan setelah power amplifier.
 
    Dalam pengolahan distribusi suara pada crossover dibagi dalam jalur range frekuensi:
  1. Frekuensi tinggi akan dimasukkan ke driver Speaker Tweeter (dengan range frekuensi 3 KHz - 16 KHz)
  2. Frekuensi menengah akan dimasukkan ke driver Speaker Mid-Range (dengan range frekuensi 700 Hz - 3 KHz)
  3. Frekuensi rendah akan dimasukkan ke driver Speaker Woofer (dengan range frekuensi 200 Hz - 700 Hz)
2.    Fungsi Crossover
Gambar 1.3 Contoh penggunaan crossover

    Agar nada yang masuk ke dalam speaker sesuai dengan rentang kerjanya, digunakanlah crossover. Jadi, fungsi crossover adalah memblokir nada yang tidak diinginkan masuk ke dalam speaker. Jika speaker tidak menggunakan crossover, terdapat dua kemungkinan yang akan terjadi pada speaker. Pertama, speaker tetap bekerja, namun suara yang dikeluarkan jelek atau bahkan terdengar tidak jelas. Kedua, speaker langsung rusak. Umumnya, speaker yang langsung rusak jika tidak dipasang crossover adalah tweeter karena konus speaker ini sangat kecil. Sementara untuk speaker woofer, suara bass yang akan terasa bercampur dengan suara vokal dan nada tinggi jika tidak menggunakan crossover (untuk sistem 3-Way).

3.    Jenis Crossover
    Crossover pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu crossover aktif dan crossover pasif. Harga crossover pasif lebih murah dibandingkan dengan crossover aktif. DI antara kedua jenis crossover ini, crossover aktif juga lebih rumit dibandingkan dengan crossover pasif.
a.    Crossover Aktif
     Crossover ini umum digunakan pada sound system. Crossover ini memiliki model yang berbeda dari crossover pasif karena sistem pemasangannya yang berbeda. Misalnya, Anda mempunyai crossover aktif 2 way maka syaratnya Anda harus mempunyai 2 buah power amplifier dan 2 buah speaker. Jika Anda ingin memasang crossover untuk membagi nada, sebaiknya menggunakan crossover pasif saja karena crossover aktif banyak mengeluarkan biaya. Berikut ini urutan memasang crossover aktif.
Gambar 1.4 Crossover aktif

    Jadi urutan pemasangan adalah Crossover → power amplifier → speaker.

b.    Crossover Pasif
    Crossover pasif ini umum digunakan pada audio mobil, audio rumahan, dan lain-lain. Biaya yang dikeluarkan untuk crossover jenis ini cukup murah dibanding crossover aktif sehingga kebanyakan audio rumah menggunakan crossover jenis ini. Crossover ini tidak membutuhkan banyak power amplifier karena pemasangan crossover ini sesudah power amplifier. Jadi, power amplifier tidak disambung langsung dengan speaker, tetapi masuk dulu ke crossover pasif ini lalu dibagi ke speaker yang mempunyai karakter yang berbeda.
Gambar 1.5 Crossover pasif

    Jadi pemasangan crossover pasif ini sesudah power. Power amplifier → crossover pasif → speaker.

Selasa, 07 Juli 2020

PRE Pertemuan 1 "FET dan MOSFET"

1. PENGERTIAN FET

FET singkatan dari Field Effect Transistor, adalah suatu komponen semikonduktor yang cara kerjanya berdasarkan pengendalian arus drain dengan medan listrik pada gate. FET disebut transistor unipolar karena cara kerjanya hanya berdasarkan aliran pembawa muatan mayoritas saja. Sedangkan transistor disebut bipolar junction transistor karena bekerja berdasarkan aliran pembawa muatan mayoritas dan minoritas.

Transistor efek medan (field effect transistor = FET) yang mempunyai fungsi yang hampir sama dengan transistor bipolar meskipun demikian antara FET dan transistor bipolar terdapat beberapa perbedaan yang mendasar.

Perbedaan utama antara kedua jenis transistor tersebut adalah bahwa transistor bipolar arus output (IC) dikendalikan oleh arus input (IB). Sedangkan dalam FET arus output (ID) dikendalikan oleh teganga input (VGS), karena arus input adalah nol. Sehingga resistansi input FET sangat besar, dalam orde puluhan mega ohm.

Disamping itu FET lebih stabil terhadap temperatur dan kontruksinya lebih kecil serta pembuatannya lebih mudah dari transistor bipolar, sehingga sangat bermanfaat untuk pembuatan rangkaian terpadu. FET bekerja atas aliran pembawa mayoritas saja, sehingga FET cenderung membangkitkan noise lebih kecil dari pada transistor bipolar.

Ada analogi yang sangat mirip antara JFET dengan BJT. Banyak formula-formula dalam rangkaian JFET mirip dengan formula pada BJT, yaitu dengan menganalogikan sebagai berikut.


JFET adalah komponen tiga terminal dimana salah satu terminal dapat mengontrol arus antara dua terminal lainnya. JFET terdiri atas dua jenis, yakni kanal-N dan kanal-P, sebagaimana transistor terdapat jenis NPN dan PNP. Umumnya yang akan dibahas pada materi ini adalah kanal-N, karena untuk kanal P adalah kebalikannya.

Namun pada umumnya transistor bipolar lebih peka terhadap input atau dengan kata lain penguatannya lebih besar. Disamping itu transistor bipolar menpunyai lineritas yang lebih baik dan respon frekuensi yang lebih lebar.

2. JENIS-JENIS FET

Keluarga FET yang terpenting adalah JFET (Junction Field-Effect Transistor) dan MOSFET (Metal-Oxide Semiconductor Field-Effect Transistor). JFET terdiri atas kanal-P dan kanal-N. MOSFET terdiri atas MOSFET tipe pengosongan (D-MOSFET = Depletion-mode Metal-Oxide Semiconductor Field-Effect Transistor) dan MOSFET tipe peningkatan (E-MOSFET Enhancement-mode Metal-Oxide Semiconductor Field-Effect Transistor). Masing-masing tipe MOSFET ini masih terbagi juga dalam kanal-P dan kanal-N.

Gambar 1. Keluarga Field Effect Transistor (FET)

Secara skematik pengelompokkan FET dan peta tegangan output (dengan source di ground kan) diberikan berikut ini:

Gambar 2. Penggolongan FET dan pertegangan input/output

Sedangkan diagram skematik dari berbagai tipe FET ditunjukkan pada gambar berikut:


Gambar 3. Diagram skematik FET


PISAV 11 Pertemuan 6 Genap - Rangkaian Proteksi Sistem Audio

RANGKAIAN PROTEKSI SISTEM AUDIO        Sistem audio merupakan sebuah system yang isinya berupa komponen-komponen elektronik yang dirangkai m...