3. Macam Rangkaian Tone Control
Rangkaian tone control ada dua macam yaitu tone control pasif dan tone control aktif.
a. Tone Control Pasif
Tone control yang paling sederhana adalah tone control pasif yang hanya terdiri dari potensiometer, resistor, dan kondensator. Pengaturan nada hanya sebatas cut terhadap nada-nada tinggi. Pada tone control yang seperti ini tidak terjadi boost dan tidak terjadi penguatan sinyal.
Gambar 6.4 Tone control pasif
Jika posisi pengaturan VR minimum, maka nilai resistansinya adalah maksimal, sehingga kondensator C praktis dikatakan tidak berpengaruh terhadap sinyal audio yang melintas di antara input dan output. Apabila posisi VR maksimum, maka resistansinya minimal (atau nol) sehingga C menghubungkan singkat ke ground sebagian sinyal pada frekuensi-frekuensi tertentu. Frekuensi-frekuensi yang dihubungkan singkat oleh C adalah frekuensi-frekuensi tinggi dalam spektrum audio di mana reaktansi kapasitansi C adalah kecil terhadapnya. Pada frekuensi-frekuensi tinggi audio, nilai C adalah dalam besaran puluhan hingga ratusan nano Farad. Semakin besar nilai C semakin lebar jalur frekuensi tinggi audio yang akan di-cut.b. Tone Control Aktif
Tone control yang lengkap adalah tone control aktif yang menerapkan fungsi komponen aktif seperti transistor atau IC. Di dalam tone control aktif terjadi boost dan cut dan terjadi pula penguatan level sinyal. Umumnya sebuah tone control aktif mempunyai dua penyetelan nada, yaitu penyetelan boost dan cut untuk nada-nada rendah (bass) serta penyetelan boost dan cut untuk nada-nada tinggi (treble). Nada-nada rendah adalah range frekuensi audio pada kisaran 250 Hz ke bawah, dengan frekuensi senter antara 60 atau 80 Hz. Dan nada-nada tinggi berada pada kisaran 3 kHz ke atas dengan frekuensi senter antara 5 atau 10 kHz. Ada pula tone control yang dilengkapi dengan pengaturan untuk nada-nada tengah (midrange) dengan frekuensi senter 1 kHz.
Selain memiliki fungsi utama sebagai pengatur nada, sebuah unit tone control secara keseluruhan berfungsi sebagai penguat tegangan sinyal audio agar mencapai level yang cukup untuk diberikan kepada power amplifier (penguat daya). Apabila level tegangan sinyal maksimal yang disyaratkan oleh power amplifier tidak tercapai, maka power amplifier pun tidak akan maksimal mengeluarkan daya-nya kepada speaker.
0 komentar:
Posting Komentar