Cara Menghitung Resistor

Kamu mau tahu gimana cara menghitung nilai Resistor? Yuk langsung aja simak pembahasannya! (Source: cerdika.com)

Cara Kerja Kapasitor

Kamu penasaran dan pengin tahu gimana cara kerjanya Kapasitor? Makanya, yuk langsung aja simak pembahasannya! (Source: cerdika.com)

Multimeter

Multimeter adalah sebuah alat untuk mengukur suatu Arus listrik (Ampere), tegangan listrik (Voltage), hambatan listrik (Ohm). (Source: cerdika.com)

Osiloskop

Osiloskop yaitu alat ukur elektronika yang bisa memetakan atau memproyeksikan sinyal listrik dan frekuensi jadi gambar grafik. (Source: cerdika.com)

Function Generator

Kamu udah tahu belum, apa sih itu yang dimaksud dengan Function Generator atau Generator Fungsi? (Source: cerdika.com)

Senin, 26 April 2021

PISAV 11 Pertemuan 6 Genap - Rangkaian Proteksi Sistem Audio


RANGKAIAN PROTEKSI SISTEM AUDIO

     Sistem audio merupakan sebuah system yang isinya berupa komponen-komponen elektronik yang dirangkai menjadi satu kesatuan sehingga menjadi rangkaian yang siap digunakan. Tidak semua rangkaian elektronik akan maksimal maupun minim kendala. Oleh karena itu, sebuah proteksi dalam suatu rangkaian digunakan agar dapat meminimalkan kerusakan komponen elektronika pada suatu rangkaian.
1. Mengenal loudspeaker, muting, limiter, dan indicator dalam system audio
    Sistem audio memiliki sebuah rangkaian. Sebelum belajar lebih jauh mengenai system proteksi, alangkah baiknya memahami komponen berikit ini.
a. Loudspeaker
    “Suara” sebenarnya adalah frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia, yaitu frekuensi yang berkisar di antara 20-20.000 Hz. Timbulnya suara dikarenakan adanya fluktuasi tekanan udara yang disebabkan oleh gerakan atau getaran suatu objek tertentu. Ketika objek tersebut bergerak atau bergetar, objek tersebut akan mengirimkan energi kinetik untuk partikel udara disekitarnya. Hal ini dapat dianalogikan seperti terjadinya gelombang pada air. Sementara itu, yang dimaksud dengan frekuensi adalah jumlah getaran yang terjadi dalam kurun waktu satu detik. Frekuensi dipengaruhi oleh kecepatan getaran pada objek yang menimbulkan suara; makin cepat getarannya, makin tinggi frekuensinya. Loudspeaker merupakan transduser electroacoustical yang mengubah sinyal listrik ke bentuk getaran suara. Speaker adalah mesin pengubah terakhir atau kebalikan dari mikrofon. Speaker membawa sinyal elektrik dan mengubahnya Kembali menjadi vibrasi-vibarasi fisik untuk menghasilkan gelombang-gelombang suara.
b. Muting
    Mute (atau tombol diam) membuat channel senyap. Ada berbagai situasi yang membutuhkan mute (seperti ketika dalam proses mixing butuh mendengar hasil rekaman tanpa vocal, dapat dicapai dengan menekan tombol mute pada channel vokal, alih alih menurunkan level menggunakan fader dan kehilangan posisi semula fader).
c. Limiter
    Limiter juga dapat dikatakan sebagai compressor yang rasionya full sehingga semua audio yang melebihi threshold akan dipotong. Pada compressor, semua audio yang melebihi threshold akan dikurangi sesuai perbandingan dengan ratio.
d. Indikator
    Indikator merupakan golongan komponen elektronika pasif. Komponen yang kerap disebut coil ini juga bisa digunakan di rangkaian elektronika sederhana dan yang susah. Prinsip kerja dari indikator ini adalah menimbulkan medan magnet ketika dilewati arus listrik. Medan magnet tadi digunakan untuk menyimpan energi dalam waktu yang singkat. Indikator ini memiliki bentuk dari susunan lilitan kawat yang membentuk kumparan.

PRE Pertemuan 6 Genap - Rangkaian Pembangkit Gelombang

RANGKAIAN PEMBANGKIT GELOMBANG NON-SINUS
    Rangkaian pembangkit gelombang non-sinus atau disebut juga osilator relaksasi adalah osilator yang memanfaatkan prinsip sakelar secara terus-menerus dengan periode tertentu yang menentukan frekuensi output. Osilator relaksasi menghasilkan beberapa bentuk gelombang non-sinus, yaitu gelombang kotak, segitiga, pulsa dan gigi gergaji.
1. Rangkaian Pembangkit Gelombang Non-Sinus
    Suatu rangkaian elektronika yang menghasilkan gelombang non-sinusoidal disebut pulse circuits. Pembangkit gelombang non-sinusoidal disebut blocking oscillator untuk gelombang segi empat dan saw tooth blocking osilator. Terdapat banyak bentuk gelombang non-sinusoidal seperti bentuk segi empat (square), gigi gergaji (saw tooth), persegi Panjang (rectangular), segitiga (triangular) atau kombinasi dua bentuk gelombang non sinus. Bentuk gelombang non sinusoidal yang paling umum digunakan yakni gelombang segi empat dan gelombang gigi gergaji. Non-sinusoidal waveforms sering juga disebut pulse waveforms.
    Osilator relaksasi sederhana adalah sebuah multivibrator/flip-flop. Prinsipnya adalah sakelar tegangan suplai oleh sebuah komponen transistor atau FET. Osilator relaksasi juga ada yang menggunakan IC yaitu yang terkenal adalah IC 555.
Gambar 7.11 Multivibrator

Gambar 7.12 Osilator IC 555
2. 
Macam-Macam Rangkaian Pembangkit Gelombang Non-Sinus
    Adapun osilator yang membangkitkan gelombang non-sinus yaitu osilator UJT, astable multivibrator, monostable multivibrator, dan bistable multivibrator.
a. Osilator UJT
    Pengisian dan pengosongan kapasitor melalui resistor dapat digunakan untuk menghasilkan gelombang gergaji. Sakelar pengisian dan pengosongan kapasitor dapat diganti dengan sakelar elektronik, yaitu dengan menggunakan transistor atau IC. Rangkaian yang terhubung dengan cara ini dikelompokkan sebagai osilator relaksasi. Saat alat berkonduksi disebut aktif dan saat tidak berkonduksi disebut rileks. Gelombang gergaji akan terjadi pada ujung kaki kapasitor. Berikut ini adalah gambar rangkaian penggunaan UJT sebagai osilator relaksasi.
Gambar 7.13 Osilator UJT
b. 
Astable Multivibrator
    Multivibrator merupakan jenis osilator relaksasi yang sangat penting. Rangkaian astabel multivibrator menggunakan jaringan RC dan menghasilkan gelombang kotak pada keluarannya. Astabel multivibrator digunakan pada penerima TV untuk mengontrol bekas electron pada tabung gambar. Pada computer rangkaian astabel multivibrator digunakan untuk mengembangkan pulsa waktu. Multivibrator difungsikan sebgai peranti pemicu (trigerred device) atau free running. Multivibrator pemicu memerlukan isyarat masukan atau pulsa. Keluaran multivibrator dikontrol atau disinkronkan oleh isyarat masukan astabel multivibrator termasuk jenis free running.
Gambar 7.14 Astable Multivibrator
c. 
Monostable Multivibrator
    Monostable multivibrator memiliki satu kondisi stabil sehingga sering disebut multivibrator one-shot. Saat osilator terpicu untuk berubah ke suatu kondisi pengoperasian, maka pada waktu singkat akan kembali ke titik awal pengoperasian. Konstanta waktu RC menentukan periode waktu perubahan keadaan. Monostable multivibrator termasuk jenis osilator triggered. Rangkaian memiliki dua kondisi yaitu kondisi stabil dan kondisi tidak stabil. Rangkaian akan rileks pada kondisi stabil saat tidak ada pulsa.
Gambar 7.15 Monostable Multivibrator
d. Bi
stable Multivibrator
    
Bistable multivibrator mempunyai dua keadaan stabil. Pulsa pemicu masukan akan menyebabkan rangkaian diasumsikan pada salah satu kondisi stabil. Pulsa kedua akan menyebabkan terjadinya pergeseran ke kondisi stabil lainnya. Bistable multivibrator hanya akan berubah keadaannya jika diberi pulsa pemicu. Bistable multivibrator sering disebut flip-flop, di mana akan lompat ke satu kondisi (flip) saat diberi pulsa pemicu dan bergeser Kembali ke kondisi lain (flop) saat diberi pulsa pemicu. Rangkaian kemudian menjadi stabil pada suatu kondisi dan tidak akan berubah atau toggle sampai ada perintah denga diberi pulsa pemicu.
Gambar 7.16 Bistable Multivibrator

Selasa, 23 Maret 2021

PISAV 11 Pertemuan 5 Genap - Rangkaian Power Amplifier

3. Komponen Power Amplifier
    Power amplifier bertugas untuk menguatkan sinyal sejauh mungkin dengan daya guna yang sesuai. Kepentingan utama sebuah penguat akhir, yang juga disebut penguat daya, terletak pada pembangkitan daya bolak-balik untuk loudspeaker. Transistor harus dikendalikan maksimal jika dia seharusnya memberikan daya yang besar karena tidak liniernya kurva transistor akan menimbulkan cacat. Selain masalah efisiensi penguat daya maksud perbandingan dari daya bolak-balik yang diberikan dan daya arus searah yang diambil sebesar mungkin karena biaya operasi dan pendinginan transistor yang besar.
Berikut adalah dasar dari penguat akhir.
a. Penguat Tunggal
Gambar 3.10 Penguat akhir Kelas A
    Penguat dengan transistor tunggal bekerja selalu dalam kelas A. Titik kerja penguat kelas A berada kira-kira ditengah. Pada penguat akhir kelas A, kedua sinyal setengah gelombang dikuatkan oleh sebuah transistor.Penguat kelas A mempunyai kekurangan bahwa catu dayanya besar.
    Ketika tanpa pengendalian pada masukan telah mengalir pula arus kolektor yang relatif besar. Dengan demikian, daya guna dari penguat ini kecil sehingga hanya digunakan untuk daya keluaran yang kecil. Daya guna adalah perbandingan daya arus bolak-balik yang diberikan pada pemakai P2 dengan daya arus searah dari sumber daya Ps yang diambil, yang juga tergantungan pada rangkaian.
b. Penguat Push Pull
    Penguat push pull dibangun dengan dua transistor yang masing-masing bekerja dalam kelas B. Titik kerja kelas B terletak pada batas arus sisa sehingga satu transistor hanya menguatkan setengah tegangan sinyal. Tanpa pengendalian hanya mengalir arus kolektor yang kecil yang dapat diabaikan.
    Daya hilang saat diam dengan demikian kecil sehingga daya gunanya sangat besar. Kekurangan penguat kelas B adalah untuk menghasilkan tegangan bolak-balik penuh diperlukan dua transistor cacat saat melewati titik nol, yang dinamakan cross over atau cacat B. Cacat ini disebabkan oleh tegangan jenuh basis-emiter. Daya guna penguat push pull kelas B lebih besar dari penguat yang bekerja dikelas A. Jadi, daya guna penguat push pull tiga kali dari penguat tunggal kelas A. Penguat push pull dibagi dalam dua jenis penguat komplementer dan penguat komplementer quasi. Jenis ini berbeda dalam pasangan kedua transistornya.
c. Penguat Komplementer
Gambar 3.11 Rangkaian dasar penguat komplemen
    Penguat komplementer ini penguat push pull yang menggunakan dua transistor akhir yang berpasangan komplementer NPN dan PNP. Transistor NPN akan hidup jika mendapat tegangan bias basis positif dan transistor PNP akan hidup jika mendapat tegangan bias basis negatif.
    Pada saat sinyal setengah gelombang positif transistor akan hidup dan transistor TR2 akan mati. Maka akan terjadi aliran arus dari baterai (+) melalui transistor TR1, kapasitor C lalu loudspeaker dan kembali ke baterai (-). Arus ini sekaligus mengisi kapasitor C sesuai dengan polaritasnya. Pada sinyal setengah gelombang negatif transistor TR1 akan mati dan transistor TR2 akan hidup. Aliran arus dari kapasitor C (+) melalui TR2 ke loudspeaker dan Kembali ke kapasitor C (-). Pada saat sinyal setengah gelombang negatif kapasitor C sebagai catu daya transistor TR2.
d. Cacat Silang
    Agar dapat hidup, transistor-transistor memerlukan tegangan bias. jika kedua transistor tidak diberi tegangan bias basis, karakteristiknya yang diperoleh yaitu adanya cacat silang. Dengan melalui pemilihan tegangan bias basis emiter kita mengatur arus diam yang kecil. Sehingga cacat yang berasal dari daerah lengkung kurva dapat dihindari.
Gambar 3.12 Kerja penguat push pull tanpa tegangan bias pada TR1- TR2


Gambar 3.13 Kerja penguat push pull dengan tegangan bias pada TR1- TR2
e. Penguat Komplementer Quasi
    Penguat komplementer (complement) daya keluarannya lebih besar, kita dapat mengendalikan dua transistor akhir. Kedua transistor akhir ini bertipe sama (NPN dan NPN). Tingkat akhir seperti ini yang dengan daya keluaran besar sudah tentu memerlukan tingkat penggerak dan tingkat depan yang dapat menyediakan arus basis untuk transistor akhir yang besar.
Gambar 3.14 Penguat akhir komplementer quasi
    Pada sinyal setengah gelombang posistif transistor TR1 hidup dan melalui tegangan jatuh pada R1 transistor TR3 akan hidup. Kedua transistor mengalirkan arus yang besar melalui loudspeaker dan mengisi kapasitor C. Pada sinyal setengah gelombang negatif transistor TR2 hidup melalui tegangan jatuh pada R2 transistor TR4 hidup. Arus mengalir dari kapasitor C melalui kedua transistor dan loudspeaker. Dengan demikian kapasitor C mengalami pengosongan. Harga R1 dan R2 harus sama, dengan demikian kedua transistor daya dikendalikan dalam bentuk yang sama.

TUGAS PISAV KELAS 11 | TUGAS 2

PRE Pertemuan 5 Genap - Rangkaian Pembangkit Gelombang

Macam-macam Osilator Harmonisa/Sinus
    Osilator harmonisa terdiri atas osilator amstrong, osilator hartley, osilator colpits, osilator clapp, osilator pergeseran fase, osilator kristal, osilator pierce, dan osilator jembatan Wien.

a. Osilator Amstrong
Gambar 7.3 Osilator Amstrong
    Osilator Amstrong ditemukan oleh Edwin Amstrong. Osilator Amstrong terdiri dari sebuah penguat dan sebuah umpan balik rangkaian LC. Rangkaian osilator Amstrong dibuat dengan memberikan bias maju pada sambungan emitor-basis dan bias mundur pada kolektor. Pemberian bias dilakukan menggunakan resistor R3. Resistor R1 dan R2 berlaku sebagai pembagi tegangan.
    Frekuensi osilator Armstrong ditentukan oleh nilai C1 dan S (nilai induktasi diri kumparan sekunder) dengan mengikuti persamaan frekuensi resonansi untuk LC. Komponen C1 dan S membentuk rangkaian tangki dengan mengikutkan sambungan emitor-basis dari Q1 dan R1. Keluaran dari osilator Armstrong seperti pada gambar di atas dapat diubah dengan mengatur harga R3. Penguatan akan mencapai harga tertinggi dengan memasang R3 pada harga optimum. Namun jika pemasangan R3 terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya distorsi, misalnya keluaran akan berupa gelombang kotak karena isyarat keluaran terpotong.
b. Osilator Hartley
Gambar 7.4 Osilator Hartley
    Osilator Hartley adalah sebuah osilator yang banyak digunakan pada rangkaian penerima radio AM dan FM. Osilator Hartley mempunyai sifat khusus yaitu adanya tapped oil, sehingga jumlah variasi rangkaian dimungkinkan pada rangkaian osilator Hartley. Kumpuran mungkin dapat dipasang seri dengan kolektor. Variasi ini biasa disebut osilator Series-fed Hartley.
    Osilator Hartley termasuk jenis osilator LC. Osilator Hartley tersusun dari dua buah induktor yang disusun seri dan sebuah kapasitor tunggal. Kelebihan osilator Hartley adalah mudahnya mengatur nilai frekuensi yaitu dengan menempatkan sebuah kapasitor variabel pada komponen kapasitornya. Selain itu amplitudo output osilator juga relatif tetap pada range frekuensi kerja penguat osilator.
c. Osilator Colpits
Gambar 7.5 Osilator Colpits
    
Osilator Colpits termasuk jenis osilator LC. Osilator colpits tersusun dari dua buah kapasitor yang disusun seri dan sebuah induktor tunggal. Kelebihan osilator colpits adalah mudahnya mengatur nilai frekuensi yaitu dengan menempatkan sebuah induktor variabel pada komponen induktornya seperti halnya penggunaan kapasitor variabel pada osilator hartley. Amplitudo output osilator juga relatif tetap pada range frekuensi kerja penguat osilator.
d. Osilator Clapp
Gambar 7.6 Osilator Clapp
    
Osilator Clapp termasuk jenis osilator LC. Osilator Clapp tersusun dari tiga buah kapasitor dan satu buah induktor. Konfigurasi osilator clapp sama dengan osilator colpits namun ada penambahan kapasitor yang disusun seri dengan induktor (L). Osilator Clapp diperkenalkan oleh James K. Clapp pada tahun 1948.
e. Osilator Pergeseran Fase
Gambar 7.7 Osilator Pergeseran Fase
    
Osilator pergeseran fasa termasuk jenis osilator RC. Pada osilator pergeseran fasa terdapat sebuah pembalik fasa total 180 derajat. Pembalik fasa ini di menggeser fasa sinyal output sebesar 180 derajat dan memasukkan kembali ke input sehingga terjadi umpan balik positif. Rangkaian pembalik fasa ini biasanya dibentuk oleh tiga buah rangkaian RC.
f. Osilator Kristal
    Osilator Kristal adalah osilator yang rangkaian resonansinya tidak menggunakanan LC atau RC melainkan osilator sirkuit yang menggunakan mekanik resonansi dari getaran kristal dari bahan piezoelektrik untuk menghasilkan sinyal listrik dengan sangat tepat frekuensinya. Jenis yang paling umum dari resonator piezoelektrik digunakan adalah kristal kuarsa. Rangkaian dalam kristal mewakili rangkaian R, L dan C yang disusun seri.
    Kristal dapat dioperasikan sebagai rangkaian tangka. Jika kristal diletakkan sebagai balikan, kristal akan merespons sebagai peranti penghasil resonansi seri. Kristal dapat digabungkan dengan rangkaian osilator lain. Salah satunya dengan menggabungkan kristal dengan rangkaian osilator Hartley. Berikut adalah gambar rangkaian gabungan antara Kristal dan rangkaian osilator Hartley.
Gambar 7.8 Rangkaian osilator Hartley dengan kristal
g. Osilator Pierce
    Osilator Pierce adalah salah satu jenis osilator elektronik yang ditemukan oleh George W. Pierce. Osilator Pierce merupakan turunan dari osilator Colpitts. Secara umum, sumber pewaktu (clock/timer) pada rangkaian elektronik digital adalah berjenis Pierce, karena rangkaian ini dapat dibuat dengan menggunakan komponen yang sedikit, misalnya inverter, resistor, kapasitor, dan kristal kuarsa. BIaya pembuatannya tergolong murah dan frekuensi yang dihasilkan cukup stabil.
Gambar 7.9 Osilator Pierce sederhana
h. Osilator Jembatan Wien
    Osilator ini termasuk jenis osilator RC. Osilator jembatan Wien disebut juga osilator “Twin-T” karena menggunakan dua “T” sirkuit RC beroperasi secara paralel. Satu rangkaian adalah sebuah RCR “T” yang bertindak sebagai filter low-pass. Rangkaian kedua adalah CRC “T” yang beroperasi sebagai penyaring bernilai tinggi. Bersama-sama, sirkuit ini membentuk sebuah jembatan yang disetel pada frekuensi osilasi yang diinginkan. Sinyal di cabang CRC dari filter Twin-T yang maju, di RCR itu – tertunda, sehingga mereka dapat melemahkan satu sama lain pada frekuensi tertentu.
Gambar 7.10 Osilator Jembatan Wien

Selasa, 09 Maret 2021

PISAV 11 Pertemuan 4 Genap - Rangkaian Power Amplifier

B. RANGKAIAN POWER AMPLIFIER
Power amplifier merupakan sebuah perangkat yang memperkuat sinyal-sinyal elektromagnetik menjadi audio. Kerja power amplifier adalah memperkuat sinyal yang lemah menjadi kuat dalam arti device yang terhubung diperkuat (suara). Power amplifier bertugas sebagai penguat akhir dari pre-amplifier menuju ke driver speaker. Amplifier pada umumnya terbagi menjadi dua, yaitu power amplifier dan integrated amplifier.
Gambar 3.5 Power Amplifier
    Power amplifier dapat dikatakan sebagai penguat akhir yang tidak disertai dengan tone control (volume, bass, treble), sebaliknya integrated amplifier adalah penguat akhir yang telah disertai dengan tone control.
1. Fungsi Power Amplifier
    Fungsi amplifier adalah merupakan perangkat elektronik yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal audio yang pada dasarnya adalah penguat tegangan dan arus yang berasal dari sinyal audio dengan tujuan untuk menggerakkan pengeras suara atau loudspeaker. Secara khusus fungsi amplifier adalah untuk memperkuat sinyal audio dari sumber lain yang masih kecil sehingga getaran suara yang dihasilkan menjadi lebih besar dengan menggetarkan membran speaker di level tertentu sesuai dengan kebutuhan pengguna.

2. Jenis Power Amplifier
    Pada dasarnya, power amplifier dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berikut ini.
a. Power Amplifier OT (Output Transformer)
Gambar 3.6 Power amplifier OT (Output Transformator)
    Power amplifier OT (Output Transformer) merupakan jenis power amplifier yang menggunakan kopling sebuah transformer OT untuk menghubungkan rangkaian penguat akhir dengan beban pengeras suara (loudspeaker). Respons frekuensi power amplifier OT (output transformer) cenderung berada di range frekuensi audio menengah sehingga untuk reproduksi suara nada bass tidak bagus. Power amplifier jenis OT ini memiliki keunggulan terhadap terjadinya short circuit penguat akhir sehingga tidak merusak penguat suara (loudspeaker).
b. Power Amplifier OTL (Output Transformer Less)
Gambar 3.7 Power amplifier OTL (Output Transformator Less)
    Power amplifier OTL (Output Transformer Less) merupakan power amplifier yang tidak menggunakan transformer sebagai kopling rangkaian power amplifier dengan pengeras suara (loudspeaker). Pada jenis power amplifier ini ada dua jenis kopling yang digunakan.
1) Pertama, menggunakan kopling kapasitor yang berfungsi untuk mem-blok tegangan DC penguat dan hanya melewatkan sinyal audio (AC) ke penguat suara (loudspeaker)
2) Kedua, tanpa menggunakan kopling kapasitor (direct coupling) power amplifier jenis ini yang kemudian berkembang menjadi power amplifier OCL (Output Capasitor Less).
c. Power Amplifier OCL (Output Capacitor Less)
Gambar 3.8 Power amplifier OCL (Output Capacitor Less)
    Power amplifier OCL (output capasitor less) merupakan jenis power amplifier tanpa kopling tambahan antara rangkaian penguat dengan pengeras suara (loudspeaker). Power amplifier ini langsung menghubungkan output rangkaian power amplifier ke loudspeaker. Power amplifier OCL memiliki respon frekuensi yang lebar sehingga semua range frekuensi audio dapat direproduksi dengan baik. Power amplifier OCL memiliki kelemahan, apabila terjadi short circuit pada bagian akhir power amplifier maka pengeras suara (loudspeaker) akan rusak.
d. Power Amplifier BTL (Bridge Transformer Less)
Gambar 3.9 Power amplifier BTL (Bridge Transformer Less)
    Power amplifier BTL (bridge transformer less) merupakan pengabungan 2 unit rangkaian power amplifier OTL atau OCL yang bertujuan untuk menguatkan sinyal audio dengan fasa yang berbeda secara terpisah dan memberikannya ke loudspeaker secara bersama sehingga diperoleh suatu penguatan tegangan yang lebih besar atau minimal 2x lebih besar dari penggunaan penguat OTL atau OCL biasa. Pada power amplifier BTL (bridge transformer less), penguat suara (loudspeaker) sebagai beban dihubungkan dengan rangkaian power amplifier secara bridge (jembatan), yaitu setiap kutup pada pengeras suara (loudspeaker) masing-masing dihubungkan dengan rangkaian power ampifier yang terpisah.

Selasa, 02 Maret 2021

PISAV 11 Pertemuan 3 Genap - Rangkaian Mixer Audio

4. Menu yang Terdapat pada Mixer
    Berikut ini menu-menu yang lazim terdapat pada mixer audio.
a. Gain
    Gain disebut juga input level atau trim, biasa terdapat pada urutan paling atas dari setiap channel mixing console. Fungsinya adalah untuk menentukan seberapa sensitif input yang diinginkan diterima oleh console, apakah berupa signal mic atau signal line (keyboard dan tape deck). Tombol ini akan sangat membantu untuk mengatur signal yang akan masuk ke console. Apabila signal lemah, dapat dilakukan penambahan. Apabila terlalu kuat, dapat dikurangi.
b. EQ pada Channel
    Setiap channel di mixing console selalu terdapat Equalizer Section. Fungsinya sebagai pengatur tone untuk memodifikasi suara yang masuk pada channel tersebut. Sound engineer umumnya melakukan perubahan sound melalui EQ bertujuan untuk beberapa hal berikut.
1) Mengubah sound instrument menjadi sound yang lebih disukai
2) Mengatasi frekuensi dari input yang bermasalah, misalnya feedback, dengung dan overtune.
    Pengaturan yang sangat mendasar dari EQ adalah berupa Low dan Hi, kemudian penambahan dan pengurangan (boost/cut). Selain itu, ada juga yang lebih kompleks dengan 4 jalur dengan fungsi yang full parametric. Namun, tidak peduli seperti apa EQ yang terdapat dalam console karena tetap dalam tujuan yang sama untuk membantu menemukan sound yang terbaik.
c. EQ yang Fix
    Maksud dari fix ini adalah pada EQ tersebut tidak memiliki tombol untuk memilih frekuensi yang akan di-setting karena frekuensi yang akan dikerjakan telah ditetapkan dari pabrik. Pembagian frekuensi pada EQ jenis ini mirip dengan pembagian yang terdapat pada crossover, hanya terdiri atas
1) Low and Hi pada EQ 2 Way
2) Low, Mid, dan Hi pada EQ 3 Way
3) Low, Low Mid, Hi Mid, dan Hi pada EQ 4 Way
    Memutar tombol boost/cut akan memberi pengaruh sampai 12 atau 15 dB tergantung mixing console yang digunakan.
d. Sweepable EQ
    Sweepable EQ biasa disebut Quasi Parametric atau Semi Parametric. Pada EQ yang full parametric, dapat dilakukan pengaturan untuk setiap parameternya, apakah itu parameter frekuensi, bandwidth, ataupun parameterr level. EQ tipe ini mempunyai kemampuan set-up yang sangat fleksibel, dan biasanya menyediakan pengontrolan mid-range dengan sistem EQ-3 atau 4 jalur. Berikut cara kerjanya.
1) Lakukan pemutaran pada tombol freq untuk memilih freq yang akan diatur.
2) Putar tombol boost/cut untuk penambahan atau pengurangan pada frekuensi yang dipilih tadi.
3) Biarkan frekuensi lain tetap pada sound flat.
4) Putar tombol boost/cut sampai habis ke kiri.
5) Putar tombol frekuensi sampai sound yang terdengan "boomy" tadi terdengar hilang.
6. Setelah frekuensi yang dicari ketemu, lakukan pengaturan lagi pada tombol boost/cut. Alasannya, melakukan pemotongan yang terlalu ekstrem pada frekuensi low mid bisa mengakibatkan sound yang terdengar kosong.

5. Pengaplikasian dalam Channel Mixer
    Berikut ini prosedur pengaturan channel dalam mixer audio.
a. 48V Phantom
    Ada beberapa tipe mikrofon yang salah satunya adalah mic condenser. Mic jenis ini membutuhkan tenaga tambahan untuk membuatnya bekerja. Untuk itu, tombol 48V Phantom berfungsi jika diaktifkan dan akan mengirim 48V DC ke mikrofon sebagai penyuplai tenaga atau juga ke D1 Box Aktif.
b. PAD
    Fungsi PAD untuk mengurangi gain input dari 20 sampai 30 dB. Tombol ini bukan tombol putar yang bisa diatur pengurangannya, melainkan tombol tekan. Jika tombol PAD ditekan, gain input akan berkurang antara 20 sampai 30 dB tergantung mixer.
c. Reverse
    Reverse digunakan untuk membalikkan phase. Setiap masukan selalu terdiri atas lebih dari satu sambungan. Misalnya microphone dengan konektor XLR pasti terdapat tiga pin (pin1-ground, pin2-hot/positif, pin3-cold/negatif). Jika salah satu pin terbalik (pin2 dan pin3), suara yang dihasilkan akan berbeda. Ini bisa dibenarkan dengan membalikkan phase dengan menekan tombol reverse.
d. Mic/Line
    Switch tekan ini untuk mengubah circuit gain control, tergantung dari yang menjadi input adalah mic, effect return, atau tape deck/CD.
e. High Pass Filter
    High pass filter akan memotong frekuensi rendah dari input, yaitu dari 80 Hz ke bawah. Hal ini dapat diaktifkan (IN) apabila dari sumber suara tidak memproduksi suara dengan jangkauan frekuensi serendah itu.
f. EQ In/Out
    EQ In/Out merupakan switch sederhana untuk mengaktifkan dan menonaktifkan section EQ pada channel. Selain itu, switch ini juga berguna untuk membandingkan sound yang telah di EQ hanya dengan menekan tombol tersebut bolak-balik.
g. Group Assigns
    Group Assigns disebut juga Subgroup Assigns, hanya terdapat pada mixing consle yang memiliki group. Fungsinya adalah yang menentukan ke mana signal channel akan dikirim, apakah ke group atau ke master L/R.
h. PFL dan SOLO
    Tombol PFL (Pre-Fade Listening) akan membantu untuk mendengar (melalui headphone) channel yang tombol PFL/SOLO-nya diaktifkan. Selain itu, tombol ini mengecek gain signal pada channel.
i. Auxiliary Sends
    Dari tombol putar ini dapat dikirim signal dari channel tersebut keluar mixing console (melalui terminal aux out pada terminal keluaran di panel belakang mixer), kemudian dari tombol ini juga dapat dikontrol level signal yang dikirimnya tadi.
j. Pre-Fade
    Pada mixer besar umumnya terdapat auxiliary yang terbagi atas pre-fade dan/atau post fade. Signal yang dikirim dari pre-fade tidak mengalami pengaruh dari channel atau belum mengalami proses dari channel. Oleh sebab itu, Pre-Fade yang Pre-EQ baik dan ideal digunakan untuk mengirim signal ke monitor section.
k. Post-Fade
    Kebalikan dari pre-fade, semua signal yang dikirim melalui post fade telah melalui proses dari channel atau ikut pengaruh dari channel fader, baik EQ maupun levelnya. Post fade sering digunakan untuk mengirim signal ke mixer yang terpisah untuk keperluan broadcast (stasiun TV atau radio).
l. Auxiliary Master
    Setiap auxiliary dari channel memiliki satu tombol lagi sebagai pengatur level untuk keseluruhannya. Misalnya aux 1 setiap channel memiliki memiliki master aux 1 untuk mengatur seluruh seluruh level dari aux 1 setiap channel, begitu juga auxiliary lainnya.
m. Auxiliary Return
    Signal yang telah dikirim melalui auxiliary out ke unit effect apakah Delay, Reverb, atau lainnya akan dikirim kembali ke mixing console untuk digabungkan dan diseimbangkan secara tepat dengan level dari signal original source tadi.

TUGAS PISAV KELAS 11 | TUGAS 1

Senin, 01 Maret 2021

PRE Pertemuan 4 Genap - Rangkaian Pembangkit Gelombang

 
Gambar 7.1 Gelombang sinus
    Pernahkah Anda melihat rangkaian pembangkit gelombang sinus dan non sinus? Bagaimana bentuknya? Rangkaian pembangkit gelombang sinus (sinewave oscilator) merupakan rangkaian elektronik yang berfungsi untuk membangkitkan sinyal dengan bentuk gelombang sinus pada frekuensi tertentu. Bentuk gelombang yang dihasilkan osilator berbeda-beda. Osilator dapat menghasilkan beberapa bentuk gelombang, yaitu gelombang sinus, kotak, segitiga, gigi gergaji, dan pulsa. Osilator terbentuk dari beberapa model rangkaian sesuai dengan bentuk gelombang yang dihasilkannya. Secara umum prinsip rangkaian osilator dibagi dua, yaitu osilator harmonisa dan osilator relaksasi. Osilator harmonisa menghasilkan bentuk gelombang sinusoida. Osilator relaksasi menghasilkan bentuk gelombang non sinusoida. Selanjutnya untuk lebih memahami mengenasi rangkaian gelombang sinus dan non sinus, marilah kita pelajari materi yang terdapat pada penjelasan kali ini.

A. RANGKAIAN PEMBANGKIT GELOMBANG SINUS
    Osilator adalah pembangkit sinyal dengan periode tertentu. Osilator terbentuk dari beberapa model rangkaian sesuai dengan bentuk gelombang yang dihasilkannya. Osilator harmonisa menghasilkan bentuk gelombang sinusoida. Osilator harmonisa disebut juga osilator linear. Bentuk dasar osilator harmonisa terdiri dari sebuah penguat dan sebuah filter yang membentuk umpan balik psotif yang menentukan output.
    Prinsip osilator ini dimulai dengan adanya noise/desah saat pertama power dinyalakan. Noise/desah ini kemudian dimasukkan kembali ke input penguat dengan melalui filter tertentu. Karena hal ini terjadi berulang-ulang, maka sinyal noise akan menjadi semakin besar dan membentuk periode tertentu sesuai dengan jaringan filter yang dipasang. Periode inilah yang kemudian menjadi nilai frekuensi sebuah osilator.
1. Pengertian Rangkaian Pembangkit Gelombang Sinus
    Rangkaian pembangkit gelombang sinus (sinewave oscilator) merupakan rangkaian elektronik yang berfungsi untuk membangkitkan sinyal dengan bentuk gelombang sinus pada frekuensi tertentu. Rangkaian osilator gelombang sinus yaitu osilator tipe wien bridge dibangun oleh dua buah transistor NPN. Rangkaian pembangkit gelombang sinus ini merupakan pembangkit gelombang sinus dengan range frekuensi audio. Rangkaian pembangkit gelombang sinus dipergunakan untuk melakukan test rangkaian penguat audio atau dalam percobaan modulasi sinyal audio. Adapun skema rangkaian untuk membuat rangkaian pembangkit gelombang sinus sebagai berikut.
Gambar 7.2 Rangkaian pembangkit gelombang sinus (sinewave oscilator)
2. Macam-macam Osilator Harmonisa/Sinus
    Persyaratan utama bagi osilator sinus adalah sebagai berikut.
a. Frekuensi spesifik yang dapat dicapai.
b. Amplitudo keluaran.
c. Kemampuan frekuensi.
d. Kemurnian keluaran, yaitu perbandingan banyaknya cacat harmonik dalam bentuk gelombang keluaran.

    Osilator harmonisa terdiri atas osilator amstrong, osilator hartley, osilator colpits, osilator clapp, osilator pergeseran fase, osilator kristal, osilator pierce, dan osilator jembatan Wien.

Selasa, 23 Februari 2021

PISAV 11 Pertemuan 2 Genap - Rangkaian Mixer Audio

2. Skema Rangkaian Audio Mixer
    Tujuan utama mixer adalah mencampur dua buah sinyal atau lebih. Rangkaian utama dari mixer adalah penguat inverting (phase input dan output berbeda 180 derajat) yang rangkaiannya di bawah ini.
    Penguatan tegangannya (gain) =  (R2/R1). Hal ini karena arus yang mengalir ke input  (minus) op-amp baik dari R1 dan R2 selalu sama. Tegangan input = I x R1 dan tegangan output =  I x R2. Gain = Tegangan output/tegangan input. Jadi, seolah-olah input  (minus) op-amp seperti ground sinyal.
    Jika terdapat dua sinyal, rangkaiannya berbentuk seperti ini.
    Arus pada input – op-amp selalu sama maka arus R3 = – (arus R1 + arus R2). Tegangan outputnya = – (tegangan input1 / R1 + tegangan input2 / R2) x R3.
    Rangkaian ini menjumlahkan kedua tegangan input tersebut. Jika R1, R2, dan R3 nilainya sama, maka tegangan output = – (tegangan input1 + tegangan input2).

3. Jenis Mixer
    Menurut jenisnya, mixer dibagi menjadi dua, yaitu mixer analog dan mixer digital. Keduanya sama dari segi fungsinya, yaitu untuk meramu getaran suara yang dikirim oleh input atau bisa juga oleh microphone. Input di dalam mixer ada dua jenis, yaitu jenis balance (600 ohm) dan input unbalance (1,2 K ohm - 47 K ohm).
a. Mixer Analog
Gambar 3.3 Mixer analog
    Sebuah sinyal analog menggunakan sebuah gelombang penuh untuk mengodekan nilai data yang terus berkelanjutan. Ukuran nilai dari satu karakter gelombang adalah ekuivalen dengan sebuah nilai data atau dapat dikonversikan pada sebuah nilai data dengan fungsi matematis yang sederhana. Sebagai contoh, asumsikan bahwa data yang akan dikodekan ke dalam bentuk sinyal analog menggunakan frekuensi suara. Nilai numeric 100 dapat dikodekan dengan mengeset nilai 100 Hz. Angka 9999,9 dapat dikodekan dengan mengeset frekuensi sampai dengan 9999,9 Hz. Selama nilai data masih dalam range frekuensi maka nilai data tersebut dapat dikodekan dan dideteksi menggunakan sinyal.
b. Mixer Digital
Gambar 3.4 Mixer digital
    Sinyal digital dapat mengandung satu angka tertentu dari nilai yang mungkin. Istilah yang lebih tepat adalah sinyal diskrit, di mana diskrit berarti angka yang dapat dihitung dari semua nilai yang mungkin. Dari segi banyaknya nilai bit yang diwakilkan, pengodean sinyal dapat dibedakan menjadi binary signal, trinary signal, dan seterusnya. Sinyal digital juga dapat dihasilkan dari gelombang kotak sebagai gelombang pembawanya. Gelombang kotak memiliki pergeseran amplitudo yang tidak begitu jelas di antara kedua nilai gelombang yang berlainan. Gelombang kotak dapat dihasilkan melalui pertukaran dengan cepat atau pemulsaan, sebuah sumber energi elektrik atau optik. Transmisi data biner melalui gelombang kotak biasanya disebut pulse code modulation (PCM) atau on-off keying (OOK).

PISAV 11 Pertemuan 6 Genap - Rangkaian Proteksi Sistem Audio

RANGKAIAN PROTEKSI SISTEM AUDIO        Sistem audio merupakan sebuah system yang isinya berupa komponen-komponen elektronik yang dirangkai m...