Selasa, 23 Maret 2021
PISAV 11 Pertemuan 5 Genap - Rangkaian Power Amplifier
Power
amplifier bertugas untuk menguatkan sinyal sejauh mungkin dengan daya guna yang
sesuai. Kepentingan utama sebuah penguat akhir, yang juga disebut penguat daya,
terletak pada pembangkitan daya bolak-balik untuk loudspeaker. Transistor harus
dikendalikan maksimal jika dia seharusnya memberikan daya yang besar karena
tidak liniernya kurva transistor akan menimbulkan cacat. Selain masalah
efisiensi penguat daya maksud perbandingan dari daya bolak-balik yang diberikan
dan daya arus searah yang diambil sebesar mungkin karena biaya operasi dan
pendinginan transistor yang besar.
Berikut adalah dasar dari penguat akhir.
a. Penguat
Tunggal
Gambar
3.10 Penguat
akhir Kelas A
Penguat
dengan transistor tunggal bekerja selalu dalam kelas A. Titik kerja penguat
kelas A berada kira-kira ditengah. Pada penguat akhir kelas A, kedua sinyal
setengah gelombang dikuatkan oleh sebuah transistor.Penguat kelas A mempunyai
kekurangan bahwa catu dayanya besar. Ketika
tanpa pengendalian pada masukan telah mengalir pula arus kolektor yang relatif
besar. Dengan demikian, daya guna dari penguat ini kecil sehingga hanya
digunakan untuk daya keluaran yang kecil. Daya guna adalah perbandingan daya
arus bolak-balik yang diberikan pada pemakai P2 dengan daya arus searah dari
sumber daya Ps yang diambil, yang juga tergantungan pada rangkaian.
b. Penguat
Push Pull
Penguat
push pull dibangun dengan dua transistor yang masing-masing bekerja dalam kelas
B. Titik kerja kelas B terletak pada batas arus sisa sehingga satu transistor
hanya menguatkan setengah tegangan sinyal. Tanpa pengendalian hanya mengalir
arus kolektor yang kecil yang dapat diabaikan.
Daya
hilang saat diam dengan demikian kecil sehingga daya gunanya sangat besar. Kekurangan
penguat kelas B adalah untuk menghasilkan tegangan bolak-balik penuh diperlukan
dua transistor cacat saat melewati titik nol, yang dinamakan cross over atau
cacat B. Cacat ini disebabkan oleh tegangan jenuh basis-emiter. Daya guna
penguat push pull kelas B lebih besar dari penguat yang bekerja dikelas A. Jadi,
daya guna penguat push pull tiga kali dari penguat tunggal kelas A. Penguat
push pull dibagi dalam dua jenis penguat komplementer dan penguat komplementer
quasi. Jenis ini berbeda dalam pasangan kedua transistornya.
c. Penguat
Komplementer
Gambar
3.11 Rangkaian
dasar penguat komplemen
Penguat
komplementer ini penguat push pull yang menggunakan dua transistor akhir yang
berpasangan komplementer NPN dan PNP. Transistor NPN akan hidup jika mendapat
tegangan bias basis positif dan transistor PNP akan hidup jika mendapat
tegangan bias basis negatif. Pada
saat sinyal setengah gelombang positif transistor akan hidup dan transistor TR2
akan mati. Maka akan terjadi aliran arus dari baterai (+) melalui transistor
TR1, kapasitor C lalu loudspeaker dan kembali ke baterai (-). Arus ini
sekaligus mengisi kapasitor C sesuai dengan polaritasnya. Pada sinyal setengah
gelombang negatif transistor TR1 akan mati dan transistor TR2 akan hidup.
Aliran arus dari kapasitor C (+) melalui TR2 ke loudspeaker dan Kembali ke
kapasitor C (-). Pada saat sinyal setengah gelombang negatif kapasitor C sebagai
catu daya transistor TR2.
d. Cacat
Silang
Agar
dapat hidup, transistor-transistor memerlukan tegangan bias. jika kedua transistor
tidak diberi tegangan bias basis, karakteristiknya yang diperoleh yaitu adanya
cacat silang. Dengan melalui pemilihan tegangan bias basis emiter kita mengatur
arus diam yang kecil. Sehingga cacat yang berasal dari daerah lengkung kurva
dapat dihindari.
Penguat
komplementer (complement) daya keluarannya lebih besar, kita dapat mengendalikan
dua transistor akhir. Kedua transistor akhir ini bertipe sama (NPN dan NPN). Tingkat
akhir seperti ini yang dengan daya keluaran besar sudah tentu memerlukan
tingkat penggerak dan tingkat depan yang dapat menyediakan arus basis untuk
transistor akhir yang besar.
Gambar
3.14 Penguat akhir komplementer quasi
Pada
sinyal setengah gelombang posistif transistor TR1 hidup dan melalui tegangan
jatuh pada R1 transistor TR3 akan hidup. Kedua transistor mengalirkan arus yang
besar melalui loudspeaker dan mengisi kapasitor C. Pada sinyal setengah
gelombang negatif transistor TR2 hidup melalui tegangan jatuh pada R2
transistor TR4 hidup. Arus mengalir dari kapasitor C melalui kedua transistor
dan loudspeaker. Dengan demikian kapasitor C mengalami pengosongan. Harga R1
dan R2 harus sama, dengan demikian kedua transistor daya dikendalikan dalam
bentuk yang sama.TUGAS PISAV KELAS 11 | TUGAS 2
PRE Pertemuan 5 Genap - Rangkaian Pembangkit Gelombang
Macam-macam
Osilator Harmonisa/Sinus
Osilator
harmonisa terdiri atas osilator amstrong, osilator hartley, osilator colpits,
osilator clapp, osilator pergeseran fase, osilator kristal, osilator pierce,
dan osilator jembatan Wien.
a. Osilator
Amstrong
Osilator
Amstrong ditemukan oleh Edwin Amstrong. Osilator Amstrong terdiri dari sebuah
penguat dan sebuah umpan balik rangkaian LC. Rangkaian osilator Amstrong dibuat
dengan memberikan bias maju pada sambungan emitor-basis dan bias mundur pada
kolektor. Pemberian bias dilakukan menggunakan resistor R3. Resistor
R1 dan R2 berlaku sebagai pembagi tegangan.
Frekuensi
osilator Armstrong ditentukan oleh nilai C1 dan S (nilai induktasi
diri kumparan sekunder) dengan mengikuti persamaan frekuensi resonansi untuk
LC. Komponen C1 dan S membentuk rangkaian tangki dengan mengikutkan
sambungan emitor-basis dari Q1 dan R1. Keluaran dari
osilator Armstrong seperti pada gambar di atas dapat diubah dengan mengatur
harga R3. Penguatan akan mencapai harga tertinggi dengan memasang R3
pada harga optimum. Namun jika pemasangan R3 terlalu tinggi akan
mengakibatkan terjadinya distorsi, misalnya keluaran akan berupa gelombang
kotak karena isyarat keluaran terpotong.
b. Osilator Hartley
Gambar 7.4 Osilator Hartley
Osilator
Hartley adalah sebuah osilator yang banyak digunakan pada rangkaian penerima
radio AM dan FM. Osilator Hartley mempunyai sifat khusus yaitu adanya tapped
oil, sehingga jumlah variasi rangkaian dimungkinkan pada rangkaian osilator
Hartley. Kumpuran mungkin dapat dipasang seri dengan kolektor. Variasi ini
biasa disebut osilator Series-fed Hartley.
Osilator
Hartley termasuk jenis osilator LC. Osilator Hartley tersusun dari dua buah
induktor yang disusun seri dan sebuah kapasitor tunggal. Kelebihan osilator
Hartley adalah mudahnya mengatur nilai frekuensi yaitu dengan menempatkan
sebuah kapasitor variabel pada komponen kapasitornya. Selain itu amplitudo
output osilator juga relatif tetap pada range frekuensi kerja penguat osilator.
c. Osilator
Colpits
Gambar 7.5 Osilator Colpits
Osilator
Colpits termasuk jenis osilator LC. Osilator colpits tersusun dari dua buah
kapasitor yang disusun seri dan sebuah induktor tunggal. Kelebihan osilator
colpits adalah mudahnya mengatur nilai frekuensi yaitu dengan menempatkan
sebuah induktor variabel pada komponen induktornya seperti halnya penggunaan
kapasitor variabel pada osilator hartley. Amplitudo output osilator juga
relatif tetap pada range frekuensi kerja penguat osilator.d. Osilator
Clapp
Gambar 7.6 Osilator Clapp
Osilator
Clapp termasuk jenis osilator LC. Osilator Clapp tersusun dari tiga buah
kapasitor dan satu buah induktor. Konfigurasi osilator clapp sama dengan
osilator colpits namun ada penambahan kapasitor yang disusun seri dengan
induktor (L). Osilator Clapp diperkenalkan oleh James K. Clapp pada tahun 1948.e. Osilator Pergeseran Fase
Gambar 7.7 Osilator Pergeseran Fase
Osilator
pergeseran fasa termasuk jenis osilator RC. Pada osilator pergeseran fasa terdapat
sebuah pembalik fasa total 180 derajat. Pembalik fasa ini di menggeser fasa
sinyal output sebesar 180 derajat dan memasukkan kembali ke input sehingga
terjadi umpan balik positif. Rangkaian pembalik fasa ini biasanya dibentuk oleh
tiga buah rangkaian RC.f. Osilator
Kristal
Osilator
Kristal adalah osilator yang rangkaian resonansinya tidak menggunakanan LC atau
RC melainkan osilator sirkuit yang menggunakan mekanik resonansi dari getaran
kristal dari bahan piezoelektrik untuk menghasilkan sinyal listrik dengan
sangat tepat frekuensinya. Jenis yang paling umum dari resonator piezoelektrik
digunakan adalah kristal kuarsa. Rangkaian dalam kristal mewakili rangkaian R,
L dan C yang disusun seri.
Kristal
dapat dioperasikan sebagai rangkaian tangka. Jika kristal diletakkan sebagai
balikan, kristal akan merespons sebagai peranti penghasil resonansi seri.
Kristal dapat digabungkan dengan rangkaian osilator lain. Salah satunya dengan
menggabungkan kristal dengan rangkaian osilator Hartley. Berikut adalah gambar rangkaian
gabungan antara Kristal dan rangkaian osilator Hartley.
Osilator Pierce adalah salah satu jenis osilator elektronik yang ditemukan oleh George W. Pierce. Osilator Pierce merupakan turunan dari osilator Colpitts. Secara umum, sumber pewaktu (clock/timer) pada rangkaian elektronik digital adalah berjenis Pierce, karena rangkaian ini dapat dibuat dengan menggunakan komponen yang sedikit, misalnya inverter, resistor, kapasitor, dan kristal kuarsa. BIaya pembuatannya tergolong murah dan frekuensi yang dihasilkan cukup stabil.
Gambar
7.8 Rangkaian osilator Hartley dengan kristal
g. Osilator
PierceOsilator Pierce adalah salah satu jenis osilator elektronik yang ditemukan oleh George W. Pierce. Osilator Pierce merupakan turunan dari osilator Colpitts. Secara umum, sumber pewaktu (clock/timer) pada rangkaian elektronik digital adalah berjenis Pierce, karena rangkaian ini dapat dibuat dengan menggunakan komponen yang sedikit, misalnya inverter, resistor, kapasitor, dan kristal kuarsa. BIaya pembuatannya tergolong murah dan frekuensi yang dihasilkan cukup stabil.
Osilator
ini termasuk jenis osilator RC. Osilator jembatan Wien disebut juga osilator
“Twin-T” karena menggunakan dua “T” sirkuit RC beroperasi secara paralel. Satu
rangkaian adalah sebuah RCR “T” yang bertindak sebagai filter low-pass.
Rangkaian kedua adalah CRC “T” yang beroperasi sebagai penyaring bernilai
tinggi. Bersama-sama, sirkuit ini membentuk sebuah jembatan yang disetel pada
frekuensi osilasi yang diinginkan. Sinyal di cabang CRC dari filter Twin-T yang
maju, di RCR itu – tertunda, sehingga mereka dapat melemahkan satu sama lain
pada frekuensi tertentu.
Selasa, 09 Maret 2021
PISAV 11 Pertemuan 4 Genap - Rangkaian Power Amplifier
B. RANGKAIAN POWER AMPLIFIER
Power amplifier merupakan sebuah perangkat yang memperkuat sinyal-sinyal elektromagnetik menjadi audio. Kerja power amplifier adalah memperkuat sinyal yang lemah menjadi kuat dalam arti device yang terhubung diperkuat (suara). Power amplifier bertugas sebagai penguat akhir dari pre-amplifier menuju ke driver speaker. Amplifier pada umumnya terbagi menjadi dua, yaitu power amplifier dan integrated amplifier.
Gambar 3.5 Power Amplifier
Power amplifier dapat dikatakan sebagai penguat akhir yang tidak disertai dengan tone control (volume, bass, treble), sebaliknya integrated amplifier adalah penguat akhir yang telah disertai dengan tone control.
1. Fungsi Power Amplifier
Fungsi amplifier adalah merupakan perangkat elektronik yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal audio yang pada dasarnya adalah penguat tegangan dan arus yang berasal dari sinyal audio dengan tujuan untuk menggerakkan pengeras suara atau loudspeaker. Secara khusus fungsi amplifier adalah untuk memperkuat sinyal audio dari sumber lain yang masih kecil sehingga getaran suara yang dihasilkan menjadi lebih besar dengan menggetarkan membran speaker di level tertentu sesuai dengan kebutuhan pengguna.
2. Jenis Power Amplifier
Pada dasarnya, power amplifier dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berikut ini.
a. Power Amplifier OT (Output Transformer)
Gambar 3.6 Power amplifier OT (Output Transformator)
Power amplifier OT (Output Transformer) merupakan jenis power amplifier yang menggunakan kopling sebuah transformer OT untuk menghubungkan rangkaian penguat akhir dengan beban pengeras suara (loudspeaker). Respons frekuensi power amplifier OT (output transformer) cenderung berada di range frekuensi audio menengah sehingga untuk reproduksi suara nada bass tidak bagus. Power amplifier jenis OT ini memiliki keunggulan terhadap terjadinya short circuit penguat akhir sehingga tidak merusak penguat suara (loudspeaker).b. Power Amplifier OTL (Output Transformer Less)
Gambar 3.7 Power amplifier OTL (Output Transformator Less)
Power amplifier OTL (Output Transformer Less) merupakan power amplifier yang tidak menggunakan transformer sebagai kopling rangkaian power amplifier dengan pengeras suara (loudspeaker). Pada jenis power amplifier ini ada dua jenis kopling yang digunakan.1) Pertama, menggunakan kopling kapasitor yang berfungsi untuk mem-blok tegangan DC penguat dan hanya melewatkan sinyal audio (AC) ke penguat suara (loudspeaker)
2) Kedua, tanpa menggunakan kopling kapasitor (direct coupling) power amplifier jenis ini yang kemudian berkembang menjadi power amplifier OCL (Output Capasitor Less).
c. Power Amplifier OCL (Output Capacitor Less)
Gambar 3.8 Power amplifier OCL (Output Capacitor Less)
Power amplifier OCL (output capasitor less) merupakan jenis power amplifier tanpa kopling tambahan antara rangkaian penguat dengan pengeras suara (loudspeaker). Power amplifier ini langsung menghubungkan output rangkaian power amplifier ke loudspeaker. Power amplifier OCL memiliki respon frekuensi yang lebar sehingga semua range frekuensi audio dapat direproduksi dengan baik. Power amplifier OCL memiliki kelemahan, apabila terjadi short circuit pada bagian akhir power amplifier maka pengeras suara (loudspeaker) akan rusak.d. Power Amplifier BTL (Bridge Transformer Less)
Gambar 3.9 Power amplifier BTL (Bridge Transformer Less)
Power amplifier BTL (bridge transformer less) merupakan pengabungan 2 unit rangkaian power amplifier OTL atau OCL yang bertujuan untuk menguatkan sinyal audio dengan fasa yang berbeda secara terpisah dan memberikannya ke loudspeaker secara bersama sehingga diperoleh suatu penguatan tegangan yang lebih besar atau minimal 2x lebih besar dari penggunaan penguat OTL atau OCL biasa. Pada power amplifier BTL (bridge transformer less), penguat suara (loudspeaker) sebagai beban dihubungkan dengan rangkaian power amplifier secara bridge (jembatan), yaitu setiap kutup pada pengeras suara (loudspeaker) masing-masing dihubungkan dengan rangkaian power ampifier yang terpisah.Selasa, 02 Maret 2021
PISAV 11 Pertemuan 3 Genap - Rangkaian Mixer Audio
4. Menu yang Terdapat pada Mixer
Berikut ini menu-menu yang lazim terdapat pada mixer audio.
a. Gain
Gain disebut juga input level atau trim, biasa terdapat pada urutan paling atas dari setiap channel mixing console. Fungsinya adalah untuk menentukan seberapa sensitif input yang diinginkan diterima oleh console, apakah berupa signal mic atau signal line (keyboard dan tape deck). Tombol ini akan sangat membantu untuk mengatur signal yang akan masuk ke console. Apabila signal lemah, dapat dilakukan penambahan. Apabila terlalu kuat, dapat dikurangi.
b. EQ pada Channel
Setiap channel di mixing console selalu terdapat Equalizer Section. Fungsinya sebagai pengatur tone untuk memodifikasi suara yang masuk pada channel tersebut. Sound engineer umumnya melakukan perubahan sound melalui EQ bertujuan untuk beberapa hal berikut.
1) Mengubah sound instrument menjadi sound yang lebih disukai
2) Mengatasi frekuensi dari input yang bermasalah, misalnya feedback, dengung dan overtune.
Pengaturan yang sangat mendasar dari EQ adalah berupa Low dan Hi, kemudian penambahan dan pengurangan (boost/cut). Selain itu, ada juga yang lebih kompleks dengan 4 jalur dengan fungsi yang full parametric. Namun, tidak peduli seperti apa EQ yang terdapat dalam console karena tetap dalam tujuan yang sama untuk membantu menemukan sound yang terbaik.
c. EQ yang Fix
Maksud dari fix ini adalah pada EQ tersebut tidak memiliki tombol untuk memilih frekuensi yang akan di-setting karena frekuensi yang akan dikerjakan telah ditetapkan dari pabrik. Pembagian frekuensi pada EQ jenis ini mirip dengan pembagian yang terdapat pada crossover, hanya terdiri atas
1) Low and Hi pada EQ 2 Way
2) Low, Mid, dan Hi pada EQ 3 Way
3) Low, Low Mid, Hi Mid, dan Hi pada EQ 4 Way
Memutar tombol boost/cut akan memberi pengaruh sampai 12 atau 15 dB tergantung mixing console yang digunakan.
d. Sweepable EQ
Sweepable EQ biasa disebut Quasi Parametric atau Semi Parametric. Pada EQ yang full parametric, dapat dilakukan pengaturan untuk setiap parameternya, apakah itu parameter frekuensi, bandwidth, ataupun parameterr level. EQ tipe ini mempunyai kemampuan set-up yang sangat fleksibel, dan biasanya menyediakan pengontrolan mid-range dengan sistem EQ-3 atau 4 jalur. Berikut cara kerjanya.
1) Lakukan pemutaran pada tombol freq untuk memilih freq yang akan diatur.
2) Putar tombol boost/cut untuk penambahan atau pengurangan pada frekuensi yang dipilih tadi.
3) Biarkan frekuensi lain tetap pada sound flat.
4) Putar tombol boost/cut sampai habis ke kiri.
5) Putar tombol frekuensi sampai sound yang terdengan "boomy" tadi terdengar hilang.
6. Setelah frekuensi yang dicari ketemu, lakukan pengaturan lagi pada tombol boost/cut. Alasannya, melakukan pemotongan yang terlalu ekstrem pada frekuensi low mid bisa mengakibatkan sound yang terdengar kosong.
5. Pengaplikasian dalam Channel Mixer
Berikut ini prosedur pengaturan channel dalam mixer audio.
a. 48V Phantom
Ada beberapa tipe mikrofon yang salah satunya adalah mic condenser. Mic jenis ini membutuhkan tenaga tambahan untuk membuatnya bekerja. Untuk itu, tombol 48V Phantom berfungsi jika diaktifkan dan akan mengirim 48V DC ke mikrofon sebagai penyuplai tenaga atau juga ke D1 Box Aktif.
b. PAD
Fungsi PAD untuk mengurangi gain input dari 20 sampai 30 dB. Tombol ini bukan tombol putar yang bisa diatur pengurangannya, melainkan tombol tekan. Jika tombol PAD ditekan, gain input akan berkurang antara 20 sampai 30 dB tergantung mixer.
c. Reverse
Reverse digunakan untuk membalikkan phase. Setiap masukan selalu terdiri atas lebih dari satu sambungan. Misalnya microphone dengan konektor XLR pasti terdapat tiga pin (pin1-ground, pin2-hot/positif, pin3-cold/negatif). Jika salah satu pin terbalik (pin2 dan pin3), suara yang dihasilkan akan berbeda. Ini bisa dibenarkan dengan membalikkan phase dengan menekan tombol reverse.
d. Mic/Line
Switch tekan ini untuk mengubah circuit gain control, tergantung dari yang menjadi input adalah mic, effect return, atau tape deck/CD.
e. High Pass Filter
High pass filter akan memotong frekuensi rendah dari input, yaitu dari 80 Hz ke bawah. Hal ini dapat diaktifkan (IN) apabila dari sumber suara tidak memproduksi suara dengan jangkauan frekuensi serendah itu.
f. EQ In/Out
EQ In/Out merupakan switch sederhana untuk mengaktifkan dan menonaktifkan section EQ pada channel. Selain itu, switch ini juga berguna untuk membandingkan sound yang telah di EQ hanya dengan menekan tombol tersebut bolak-balik.
g. Group Assigns
Group Assigns disebut juga Subgroup Assigns, hanya terdapat pada mixing consle yang memiliki group. Fungsinya adalah yang menentukan ke mana signal channel akan dikirim, apakah ke group atau ke master L/R.
h. PFL dan SOLO
Tombol PFL (Pre-Fade Listening) akan membantu untuk mendengar (melalui headphone) channel yang tombol PFL/SOLO-nya diaktifkan. Selain itu, tombol ini mengecek gain signal pada channel.
i. Auxiliary Sends
Dari tombol putar ini dapat dikirim signal dari channel tersebut keluar mixing console (melalui terminal aux out pada terminal keluaran di panel belakang mixer), kemudian dari tombol ini juga dapat dikontrol level signal yang dikirimnya tadi.
j. Pre-Fade
Pada mixer besar umumnya terdapat auxiliary yang terbagi atas pre-fade dan/atau post fade. Signal yang dikirim dari pre-fade tidak mengalami pengaruh dari channel atau belum mengalami proses dari channel. Oleh sebab itu, Pre-Fade yang Pre-EQ baik dan ideal digunakan untuk mengirim signal ke monitor section.
k. Post-Fade
Kebalikan dari pre-fade, semua signal yang dikirim melalui post fade telah melalui proses dari channel atau ikut pengaruh dari channel fader, baik EQ maupun levelnya. Post fade sering digunakan untuk mengirim signal ke mixer yang terpisah untuk keperluan broadcast (stasiun TV atau radio).
l. Auxiliary Master
Setiap auxiliary dari channel memiliki satu tombol lagi sebagai pengatur level untuk keseluruhannya. Misalnya aux 1 setiap channel memiliki memiliki master aux 1 untuk mengatur seluruh seluruh level dari aux 1 setiap channel, begitu juga auxiliary lainnya.
m. Auxiliary Return
Signal yang telah dikirim melalui auxiliary out ke unit effect apakah Delay, Reverb, atau lainnya akan dikirim kembali ke mixing console untuk digabungkan dan diseimbangkan secara tepat dengan level dari signal original source tadi.
TUGAS PISAV KELAS 11 | TUGAS 1
Senin, 01 Maret 2021
PRE Pertemuan 4 Genap - Rangkaian Pembangkit Gelombang
Gambar 7.1 Gelombang sinus
Pernahkah Anda melihat rangkaian pembangkit gelombang sinus dan non sinus? Bagaimana bentuknya? Rangkaian pembangkit gelombang sinus (sinewave oscilator) merupakan rangkaian elektronik yang berfungsi untuk membangkitkan sinyal dengan bentuk gelombang sinus pada frekuensi tertentu. Bentuk gelombang yang dihasilkan osilator berbeda-beda. Osilator dapat menghasilkan beberapa bentuk gelombang, yaitu gelombang sinus, kotak, segitiga, gigi gergaji, dan pulsa. Osilator terbentuk dari beberapa model rangkaian sesuai dengan bentuk gelombang yang dihasilkannya. Secara umum prinsip rangkaian osilator dibagi dua, yaitu osilator harmonisa dan osilator relaksasi. Osilator harmonisa menghasilkan bentuk gelombang sinusoida. Osilator relaksasi menghasilkan bentuk gelombang non sinusoida. Selanjutnya untuk lebih memahami mengenasi rangkaian gelombang sinus dan non sinus, marilah kita pelajari materi yang terdapat pada penjelasan kali ini.
A. RANGKAIAN PEMBANGKIT GELOMBANG SINUS
Osilator adalah pembangkit sinyal dengan periode tertentu. Osilator terbentuk dari beberapa model rangkaian sesuai dengan bentuk gelombang yang dihasilkannya. Osilator harmonisa menghasilkan bentuk gelombang sinusoida. Osilator harmonisa disebut juga osilator linear. Bentuk dasar osilator harmonisa terdiri dari sebuah penguat dan sebuah filter yang membentuk umpan balik psotif yang menentukan output.
Prinsip osilator ini dimulai dengan adanya noise/desah saat pertama power dinyalakan. Noise/desah ini kemudian dimasukkan kembali ke input penguat dengan melalui filter tertentu. Karena hal ini terjadi berulang-ulang, maka sinyal noise akan menjadi semakin besar dan membentuk periode tertentu sesuai dengan jaringan filter yang dipasang. Periode inilah yang kemudian menjadi nilai frekuensi sebuah osilator.
1. Pengertian Rangkaian Pembangkit Gelombang Sinus
Rangkaian pembangkit gelombang sinus (sinewave oscilator) merupakan rangkaian elektronik yang berfungsi untuk membangkitkan sinyal dengan bentuk gelombang sinus pada frekuensi tertentu. Rangkaian osilator gelombang sinus yaitu osilator tipe wien bridge dibangun oleh dua buah transistor NPN. Rangkaian pembangkit gelombang sinus ini merupakan pembangkit gelombang sinus dengan range frekuensi audio. Rangkaian pembangkit gelombang sinus dipergunakan untuk melakukan test rangkaian penguat audio atau dalam percobaan modulasi sinyal audio. Adapun skema rangkaian untuk membuat rangkaian pembangkit gelombang sinus sebagai berikut.
Gambar 7.2 Rangkaian pembangkit gelombang sinus (sinewave oscilator)
2. Macam-macam Osilator Harmonisa/Sinus Persyaratan utama bagi osilator sinus adalah sebagai berikut.
a. Frekuensi spesifik yang dapat dicapai.
b. Amplitudo keluaran.
c. Kemampuan frekuensi.
d. Kemurnian keluaran, yaitu perbandingan banyaknya cacat harmonik dalam bentuk gelombang keluaran.
Osilator harmonisa terdiri atas osilator amstrong, osilator hartley, osilator colpits, osilator clapp, osilator pergeseran fase, osilator kristal, osilator pierce, dan osilator jembatan Wien.
Langganan:
Postingan (Atom)
PISAV 11 Pertemuan 6 Genap - Rangkaian Proteksi Sistem Audio
RANGKAIAN PROTEKSI SISTEM AUDIO Sistem audio merupakan sebuah system yang isinya berupa komponen-komponen elektronik yang dirangkai m...